Minggu, 20 Desember 2015

Review Juni by Puput Happy



Penulis : Puput Happy
Pemerhati Aksara : Misabbih
Desain Sampul : Pram's
Tata Letak : Puts
Penerbit : Leutikaprio
Terbit : Mei 2011
Tebal : 119 halaman
ISBN : 978-602-9079-81-4


Novel yang berjudul "Juni" adalah kisah seorang wanita bernama Juni, teman rohis Nazwa yang dulu selalu berjalan beriringan bersamanya dan Vera, teman akrabnya. Kedatangan Juni setelah 15 tahun tak berjumpa membuat Nazwa kaget dan bertanya-tanya. Sosok Juni yang ia lihat kini sangat berbeda dengan Juni yang dulu. Juni yang manis, lincah dan agamis, kini berubah 180 derajat. Kini Juni menjadi sosok yang aneh dan tidak disukai.
Surat-surat Juni yang datang bertubi-tubi ke alamat Nazwa, membuat Nazwa takut dan bingung, hingga ia enggan untuk membacanya. Namun setelah beberapa waktu lamanya, timbul keinginan Nazwa untuk membacanya dan mengetahui kehidupan Juni yang sesungguhnya. Rasa kasihan, serba salah, dan ingin menolongnya dari penderitaan, sempat mengganggu pikiran Nazwa.
Baru ia ketahui, kalau ternyata Juni terkena gangguan jiwa yang cukup parah hingga susah disembuhkan. Kini Juni hidupnya terlunta-lunta di lapangan Monas, namun tak seorang pun mau menolongnya. Dan hingga kini, Nazwa masih dalam kebimbangan untuk bisa menolong Juni kembali menjadi Juni yang dulu....


-------Juni-------



Secara keseluruhan isi cerita di novel ini benar-benar tersjikan begitu lengkap di sinopsis yng tertera di cover belakang novel Juni ini.
Iya, buku ini berceritakan dengan kehidupan seorang Juni yang dinarasikan oleh Nazwa, tokoh utama dari novel ini. Nazwa dan Juni adalah teman akrab. Nazwa mengenal Juni dari Vera, yang juga merupakan temannya. Juni yang telah lama menghilang tanpa ada kabar, tiba-tiba saja datang berkunjung ke rumah Nazwa dengan membawa anak sematawayangnya, Yumi. Nazwa yang dibuat kaget oleh kedatangan Juni ini sempat tidak yakin jika Juni yang datang itu adalah temannya yang dulu. Tapi, karena mendengar cerita yang Juni sampaikan tentang kenangan mereka dulu. Nazwa mulai yakin jika ia benarlah Juni, temannya. Tapi, untuk apa Juni datang kerumahnya? Bahkan selalu meminta gamis padanya dan terus saja mengirim surat sejak kedatangannya waktu itu, meskipun Nazwa tidak membalas suratnya. Juni tetap saja mengiriminya surat. Surat yang tidak dimengerti oleh Nazwa akan maksud isi surat itu. Surat yang selalu menyelipkan jarum pentul, hampir melukai Nazwa ketika ingin membaca surat-surat itu.
Beberapa surat pemberian Juni, membuat hati Nazwa begetir. Entah kenapa, tapi ia merasa sesuatu yang salah telah terjadi pada temannya itu. Dengan penuh rasa keraguan dan pertanyaan yang menghantui pikirannya, Nazwa mencari tahu tentang keberadaan Juni dari Vera dan Nadia, teman mereka juga. Ternyata, apa yang dikawatirkan Nazwa itu benar adanya. Juni, ia memiliki gangguan mental. Entah sejak kapan semua itu terjadi, kini Juni telah pergi jauh tinggal di jalanan. Ia telah di usir oleh orang tuanya. Hidup menggelandang, terkadang ia terus saja di tangkap kamtib karena tinggal di lapangan Monas.
Nazwa ingin sekali menolong Juni, tapi sayangnya ia tidak mendapat restu dari orang tuanya bahkan dari orang tua Juni sekalipun. Ia hanya mampu berdo'a agar temannya itu hidup dalam lindungan Allah SWT dan bisa kembali menjadu Juni yang dulu. Hidup bahagia bersama orangtuanya dan Yumi, anaknya.
Novel ini sebenarnya memiliki jalan cerita yang cukup menarik. Namun, entah kenapa penulis tidak mengangkat cerita ini menjadi lebih dramatis lagi. Terlalu bertele-tele dengan banyaknya info yang tidak seharusnya dijelaskan secara detail, yang akhirnya membuat pembaca menjadi jenuh dan bosan untuk melanjutkan jalan ceritanya, di pertengahan terlalu dominan dengan referensi mengenai penyakit yang di derita oleh Juni. Jika penulis bisa lebih mengembangkan ide cerita pasti novel ini akan semakin seru, mungkin dengan memasukkan kisah pertemanan Juni, Nazwa dan Vera dulu untuk lebih memperkuat karakter setiap tokoh yang ada.
Tapi, secara keseluruhan novel ini cukup baik. Setidaknya, beberapa info yang terdapat didalamnya mampu membuat kita lebih memahami tentang seseorang pengidap sakit jiwa yang semestinya tidak kita handiri atau sepatutnya kita sadari gejala-gejalanya sebelum akhirnya penyakit itu makin sulit untuk disembuhkan.
Good job untuk Mba Puput. Di tunggu karyanya yang lain ya ^^

Tidak ada komentar:

Posting Komentar